Manusia adalah sebuah mahakarya yang didesain oleh sebuah entitas misterius. Diri manusia terdiri dari unsur fisik dan nonfisik. Unsur fisik manusia merupakan bagian yang disebut dengan tubuh. Fisik didesain begitu rumit dan kompleks sebagai gambaran kecil dari alam semesta (mikro kosmos). Struktur tubuh manusia tersusun atas rangka, otot/daging, darah, organ dalam, jaringan saraf, alat reproduksi, dan indra. Adapun unsur non fisik biasa disebut ruhani yang terdiri dari ruh dan jiwa.
Tubuh, ruh, dan jiwa adalah tiga unsur yang saling melengkapi. Tubuh hanyalah sebuah benda mati, wadah, yang menjadi hidup karena terdapat ruh dan jiwa. Tubuh bersifat tidak kekal, sedangkan ruh dan jiwa bersifat kekal. Ruh dan jiwa sepenuhnya adalah rahasia dari sang entitas pencipta manusia.
Ilustrasi: pixabay |
Kalau dianalogikan dengan sebuah komputer, tubuh adalah perangkat keras (hardware), ruh adalah energi listrik, dan jiwa adalah program (software). Jiwa merupakan bagian dari ruh yang pada dasarnya menyukai ketenangan. Jiwa terdiri atas akal, nafsu, dan rasa (kalbu). Akal tersimpan di otak, nafsu pada panca indra dan kemaluan, sementara rasa berada di dalam rongga dada. Dengan akal manusia berpikir dan dengan rasa manusia mencintai.
Akal di dalam jiwa adalah sumber darimana pikiran berasal. Pikiran pada dasarnya sesuatu yang bersifat liar, selalu ingin tahu, penasaran, menganalisa, senang melanglang buana kemana-mana, berpetualang tak tentu arah melewati semua dimensi ruang dan waktu. Pikiran adalah sumber pengetahuan yang menjadi dasar eksistensi manusia dan yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Nafsu bisa disebut sebagai keinginan, yang mendorong manusia melakukan aktivitas hidup, yang baik atau buruk. Sifat dasar nafsu adalah menyukai kenikmatan dan segala hal yang menyenangkan. Sama seperti pikiran, nafsu juga cenderung bersifat liar. Nafsu bisa mengarahkan kepada perbuatan baik atau buruk. Contoh dorongan perbuatan baik antara lain makan, minum, bekerja, belajar, menikah, beribadah, beramal, dan lain-lain. Sementara perbuatan buruk contohnya berzina, berjudi, mencuri, membunuh, dan lain-lain.
Rasa merupakan kesadaran moral manusia yang sering disebut sebagai nurani, tempat dimana baik dan buruk ditimbang, dan memberi pengaruh pada sikap tingkah laku manusia. Pada dasarnya, nurani adalah bagian dari diri manusia yang paling jujur dan bersifat Ilahiyah. Namun, nurani terkadang digelapkan oleh pemikiran-pemikiran sesat yang disebabkan banyak faktor, sehingga manusia tidak bisa menemukan kebenaran dari nuraninya.
Nurani akan bereaksi saat perbuatan manusia sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai moral. Reaksi tersebut berwujud perasaan bersalah jika perbuatan bertentangan dengan standar benar salah, dan berwujud perasaan tenang jika perbuatan sesuai dengan tata nilai.
Antara pikiran, keinginan, dan nurani sering terjadi pertentangan-pertentangan dikarenakan sifat alamiahnya yang berbeda. Pikiran dan keinginan dapat menjadi sumber kerusakan dan kehancuran jika tidak diimbangi dengan hadirnya nurani. Oleh karena itu, diperlukan harmonisasi atau penyelarasan, yang hanya bisa didapatkan melalui kesadaran diri.
Kesadaran diri adalah kemampuan memahami pikiran, rasa, dan mengevaluasi diri, sehingga manusia dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, motivasi, dan nilai dirinya. Kesadaran diri menempatkan diri manusia sebagai pengamat sekaligus pengendali atas proses berpikir dan tingkah pola emosinya. Dengan kesadaran diri, seorang manusia juga dapat memiliki kepekaan sosial yang disebut empati serta kemampuan membaca situasi sekitar.
Kesadaran diri tidak didapatkan begitu saja, tetapi melalui sebuah proses yang didahului dengan pengalaman-pengalaman hidup. Penemuan kesadaran diri bagaikan menemukan cahaya terang di dalam gua gelap gulita, atau angin segar di dalam ruangan pengap. Tidak semua manusia bisa menemukan kesadaran diri. Maka, semoga semesta berkenan menuntun kita semua bertemu dengan kesadaran itu, sang diri sejati insan manusia.
Diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar