Suku Samin atau Wong Sikep adalah sebuah kelompok masyarakat yang bermukim di daerah Pegunungan Kendeng, perbatasan antara Jawa Tengah (Blora) dan Jawa Timur (Bojonegoro). Mereka adalah keturunan pengikut ajaran seorang tokoh bernama Samin Surosentiko.
Saat ini, pemukiman mereka telah tersentuh modernisasi dengan adanya akses jalan, internet, dan sarana lainnya. Masyarakat Suku Samin pada umumnya hidup dari bertani dan beternak. Seiring dengan berkembangnya zaman, mereka pun telah menggunakan alat-alat pertanian modern seperti traktor dan pupuk kimia. Begitupun dalam peralatan rumah tangga. Anak-anak Suku Samin juga sudah banyak yang bersekolah. Walau demikian, mereka masih terus mempertahankan ajaran Samin, adat dan tradisinya.
Ilustrasi: pinterest |
Ajaran Samin bersumber dari kitab Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati), yang pada intinya berisi aturan-aturan untuk mengikat masyarakat agar tidak berbuat kejahatan, antara lain tidak menyakiti orang lain, saling menghormati sesama manusia, tidak mengambil yang bukan haknya, jujur, tidak bertengkar, tidak iri hati, sabar, rendah hati, dan menjaga ucapan. Ajaran-ajaran itu sangat nampak pada realitas kehidupan masyarakat Samin yang hingga kini hidup dalam kerukunan dan toleransi.
Masyarakat Suku Samin menjalani hidup di atas prinsip ‘Ono niro mergo ningsung, ono ningsung mergo niro’, yang kurang lebih berarti 'saya ada karena kamu, kamu ada karena saya'. Sehingga dengan prinsip hidup tersebut, orang Samin selalu menganggap semua orang sebagai saudara dan menjunjung tinggi kebersamaan.
Dalam berkomunikasi, masyarakat Suku Samin menggunakan bahasa Jawa ngoko. Laki-laki biasanya memakai baju lengan panjang tanpa kerah dan celana panjang warna hitam polos dengan asesoris ikat kepala. Sedangkan wanita memakai baju kebaya lengan panjang warna hitam polos, berkain sebatas di bawah lutut atau di atas mata kaki.
Pola pemukiman masyarakat Suku Samin mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah untuk mempermudah komunikasi. Rumah tinggalnya disebut Rumah Srotong atau Bekuk Lulang. Rumah tersebut terbuat dari kayu jati dan bambu. Rumah berdinding batu bata sangat jarang dijumpai. Bentuk rumah limasan, kampung, atau joglo dengan ukuran cukup luas. Penataan ruangnya terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dan dapur. Kamar mandi dan sumur yang digunakan oleh beberapa keluarga letaknya terpisah agak jauh. Di samping rumah kadang ada kandang ternak.
Orang Samin memandang alam sebagai ibu, pemberi kehidupan yang harus dijaga dan dipelihara. Oleh karena itu, mereka tidak memetik buah dari pohonnya sebelum jatuh sendiri ke atas tanah dan tidak mengeksploitasi hutan dengan mengambil kayu dan hasil hutan lain seperlunya saja.
Itulah sekelumit ulasan tentang Suku Samin. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar