Saat ini, kerusakan lingkungan masih menjadi salah satu isu yang banyak dibicarakan di tingkat global. Hal itu telah mendorong kesadaran tentang keberlanjutan alam dari banyak pihak, termasuk di dunia fashion.
Sejak awal tahun 1990an, riset-riset seputar fashion berkelanjutan (fashion ramah lingkungan) terus dikembangkan, sebagai upaya mengurangi dampak lingkungan dalam industri fashion, terutama karena tingginya limbah dari proses produksi, pakaian terbuang, dan lain-lain yang berdampak buruk bagi lingkungan. Fashion berkelanjutan bertujuan mengurangi emisi gas Karbon Dioksida, mengatasi kelebihan produksi, mengurangi limbah, mendukung keanekaragaman hayati, dan memastikan pekerja garmen sejahtera.
Ilustrasi mesh dress: aliseckin.com |
Ciri-ciri fashion berkelanjutan yaitu:
- Animal free, tidak melibatkan hewan dalam proses produksinya
- Memakai bahan pewarna alami
- Memanfaatkan sisa limbah (daur ulang)
- Fair traded, memperhatikan hak-hak karyawan
Sebuah pakaian didesain oleh desainer Ali Seckin Karayol dan Mette Lyckegaard. Pakaian itu merupakan sebuah inovasi dalam fashion ramah lingkungan (green fashion), karena dibuat sederhana namun aplikatif dan tidak banyak makan biaya.
Uniknya, pakaian dirancang dengan kantong dimana sampah organik bisa dimasukkan dan mengubahnya menjadi kompos yang dapat menutrisi bibit-bibit yang ditanam dalam pakaian. Setiap tanaman yang tumbuh akan memberikan tampilan baru pada pakaian setiap hari. Bibit tanaman berbeda pun bisa ditambahkan sesuai selera pemakai.
Hanya saja, adanya kompos di dalam kantong pakaian mungkin akan menimbulkan bau tak sedap yang akan mengganggu nantinya. Selain itu, tanaman-tanaman yang tumbuh di pakaian bisa jadi akan membuat tidak nyaman saat beraktivitas.
Walau demikian, pakaian ini merupakan sebuah ide brilian dan menunjukkan suatu kemajuan besar dalam upaya mewujudkan fashion yang ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar