Ilustrasi: kebudayaan.kemdikbud.go.id |
Pelapukan adalah perubahan yang terjadi pada bahan BCB disertai dengan
perubahan sifat-sifat fisik (desintegrasi) dan perubahan sifat-sifat kimiawinya
(dekomposisi). Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah tropis, tebal
pelapukan dapat mencapai 100 m, sedangkan di daerah sub tropis pelapukannya
hanya beberapa meter saja.
Berdasarkan sifatnya, faktor eksternal terbagi atas faktor alam (abiotik) dan faktor hayati (biotik). Faktor alam (abiotik) berasal dari unsur tak hidup seperti iklim, curah hujan, suhu, kelembaban, angin, sinar matahari, dan sebagainya. Sedangkan faktor hayati (biotik) berasal dari makhluk hidup seperti mikroorganisme, serangga, jamur, dan sebagainya.
Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Adanya perbedaan
temperatur yang tinggi. Peristiwa ini terutama terjadi di
daerah yang beriklim kontinental di daerah gurun. Pada siang hari suhu
udara sangat tinggi/panas dan bisa mencapai 50° C, sehingga
menyebabkan batuan mengembang. Sebaliknya pada malam hari suhu udara
sangat rendah/dingin dan menyebabkan batuan mengerut. Kondisi seperti
demikian yang terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan batuan
retak-retak bahkan pecah.
- Adanya pembekuan
air di dalam batuan. Jika air membeku maka volume batu akan
mengembang dan menimbulkan tekanan, sehingga mengakibatkan batu pecah.
Pelapukan seperti ini biasanya terjadi di daerah beriklim sedang.
- Berubahnya air
garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka pada
siang hari airnya akan menguap dan garam mengkristal. Kristal garam ini
sangat tajam dan dapat merusak batuan di sekitarnya, terutama batuan
karang di daerah pantai.
Pengaruh organik oleh tumbuhan dapat bersifat mekanik atau
kimiawi. Contoh sifat mekanik yaitu pertumbuhan akar tanaman di dalam
tanah yang dapat merusak benda di sekitarnya. Contoh sifat kimiawi yaitu adanya
pengeluaran zat asam untuk memudahkan penyerapan garam oleh akar yang
dapat merusak batuan.
Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktivitas-aktivitas
seperti penebangan pohon, pembangunan, dan penambangan. Ciri sebuah benda mengalami
pelapukan jenis ini ialah terjadi dekomposisi dan reaksi biokemis,
serta timbul bercak noda.
BCB terbuat dari berbagai jenis bahan, antara lain batu, bata, kayu,
logam, kain, daun lontar, kertas, dan lain-lain. Untuk dapat menganalisis
penyebab kelapukan BCB terlebih dulu dilakukan identifikasi bahan. Secara umum
identifikasi diarahkan untuk mengetahui bahan dasar, warna, tekstur,
mineralogi, bentuk, ukuran, kondisi BCB, serta jenis kerusakan. Setelah itu
baru dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui penyebab kerusakan dan
menentukan metode pemeliharaan yang tepat.
Referensi
Anonim. 2006. Petunjuk Teknis Perawatan Benda Cagar Budaya Bahan Kayu. Jakarta: Direktorat Peninggalan Purbakala-Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar