Ash-shalaatu khairum-minan-nauum.
Sesungguhnya sholat itu lebih baik daripada tidur.
Terdengar dari kejauhan. Gaungnya merambat masuk menembus dinding bata
kamar kosku. Sedang hujan yang sejak tadi malam mengucur belum juga
reda. Malahan bertambah deras. Mungkin karena tidak berplafon, maka
dinginnya bayu terasa sekali. Mungkin juga lantaran kesepian yang kurasa
makin menjadi.
Segera ku meloncat ke wc, lantas berwudhu. Grrr.
Dingin. Ah, tidak mengapa. Asal Tuhan tidak meninggalkanku. Lucu kukira.
Sebab kutemui Ia saat ku kalut dan takut saja.
Selesai sembahyang
Subuh, kujatuhkan tubuhku ke atas sajadah. Mukenah masih kupakai. Oh
Tuhan! Baru lima hari. Lama sekali satu minggu itu. Lebih-lebih satu
bulan. Saya takut. Tetap takut. Inikah yang disebut sebagai karma?
Tumbal karma. Ya. Boleh dibilang begitu. Akibat terlalu ramah. Buah
murah senyum. Tersesat dalam nihilistik, kekosongan. Bahwa sesungguhnya
saya telah mengalami kematian dalam segala hal. Pencarian akan arti
kebebasanlah yang belakangan justru merantai ruang hidupku.
Sumber: detikFood-detikcom |
Teringat yang telah kuperbuat.
Ah, untuk apa menyesali? Toh semua sudah terlanjur.