Jumat, 28 Februari 2014

Kama Karma Kurma

Ash-shalaatu khairum-minan-nauum.
Sesungguhnya sholat itu lebih baik daripada tidur.

Terdengar dari kejauhan. Gaungnya merambat masuk menembus dinding bata kamar kosku. Sedang hujan yang sejak tadi malam mengucur belum juga reda. Malahan bertambah deras. Mungkin karena tidak berplafon, maka dinginnya bayu terasa sekali. Mungkin juga lantaran kesepian yang kurasa makin menjadi.

Segera ku meloncat ke wc, lantas berwudhu. Grrr. Dingin. Ah, tidak mengapa. Asal Tuhan tidak meninggalkanku. Lucu kukira. Sebab kutemui Ia saat ku kalut dan takut saja.

Selesai sembahyang Subuh, kujatuhkan tubuhku ke atas sajadah. Mukenah masih kupakai. Oh Tuhan! Baru lima hari. Lama sekali satu minggu itu. Lebih-lebih satu bulan. Saya takut. Tetap takut. Inikah yang disebut sebagai karma?

Tumbal karma. Ya. Boleh dibilang begitu. Akibat terlalu ramah. Buah murah senyum. Tersesat dalam nihilistik, kekosongan. Bahwa sesungguhnya saya telah mengalami kematian dalam segala hal. Pencarian akan arti kebebasanlah yang belakangan justru merantai ruang hidupku.

Teringat yang telah kuperbuat.

Ah, untuk apa menyesali? Toh semua sudah terlanjur.

Postingan Populer