Rabu, 22 Desember 2010

Sejarah Aborsi dan Dunia Lama


Arsip-arsip tua kita mengindikasikan bahwa praktek aborsi dilakukan di seluruh dunia lama. Ada banyak metode aborsi. Mulai dari membedah untuk merusak leher rahim sampai menggunakan tumbuh-tumbuhan yang dapat menstimulus keguguran. Kebanyakan metode yang disebutkan disertai dengan resiko bagi si ibu.

Dalam sebuah papirus (lontar) Mesir Kuno bertanggal 1550 SM disebutkan agar perempuan hamil yang ingin menggugurkan kandungannya memasukkan sebatang papirus ke dalam serviks untuk mengiritasinya dan merangsang pengguguran kandungan.

Beberapa kebudayaan merekomendasikan untuk memakan Ergot, yaitu sebuah jamur yang tumbuh pada gandum hitam. Walaupun dinilai efektif membantu aborsi, jamur jenis Ergot dapat menyebabkan keracunan dalam tingkat yang sangat tinggi, bahkan kematian jika dikonsumsi dengan dosis berlebih.

Yunani Kuno menghimpun secara ekstensif surat-surat keterangan mengenai praktek aborsi dalam ilmu kedokteran dan ginekologi. Bidan atau dukun beranak menguasai informasi tentang tumbuh-tumbuhan yang dapat menstimulus terjadinya kontraksi kandungan dan merangsang keguguran. Mereka juga menguasai metode-metode mengiritasi mulut rahim dengan memasukkan daun salam dan merica.

Inskripsi kuno yang terdapat di dalam kuil Yunani, menunjukkan bahwa orang-orang Yunani di masa lalu menganggap perempuan yang telah melakukan aborsi tidak dalam keadaan suci (najis) selama 40 hari setelahnya. Mereka tidak berkeberatan dengan tindakan menggugurkan bayi yang tidak diinginkan. Walau begitu, mereka tetap melarang aborsi pada beberapa kasus, seperti “jika suami dari seorang perempuan yang sedang hamil meninggal dunia, si perempuan tidak diperbolehkan menggugurkan kandungannya, karena dianggap bahwa anak di dalam kandungannya mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan sang ayah”.

Soranus, seorang dokter pendukung aborsi, menyumbang banyak deskripsi lengkap tentang bagaimana melakukan aborsi. Diantaranya adalah menyuruh perempuan hamil berlari dan mengangkat beban berat. Lalu, perempuan bisa mencoba menginjeksikan minyak zaitun panas ke dalam mulut rahimnya. Jika metode itu tidak bekerja, Soranus menyarankan daftar herbal yang bisa digunakan sebagai tapal, injeksi atau obat dalam, sebagai suppositoria vagina.

Soranus sangat menyarankan aborsi bagi perempuan hamil yang masih terlalu muda, dimana mulut rahim mereka masih sangat kecil. Namun, ia menolak membantu aborsi jika anak yang dikandung berasal dari hubungan tidak sah, dan jika perempuan meminta aborsi hanya untuk menjaga kecantikannya.

Filsuf- filsuf Stoic sangat mendukung aborsi. Mereka mengklaim bahwa janin di dalam rahim adalah tumbuhan dan hanya akan menjadi binatang jika sudah lahir. Oleh karenanya, aborsi sangat dapat diterima.

Orang-orang Romawi Kuno selalu bermasalah dalam memelihara jumlah populasi mereka, sehingga perdebatan mengenai aborsi tidak pernah sedikit di kalangan mereka. Hukum Romawi yang paling awal (Hukum Romulus) mengijinkan seorang suami menceraikan istrinya jika tertangkap memakai obat terlarang atau sihir untuk mencegah kelahiran bayi yang dikandungnya. Dari Ovid sampai Juvenal (orang Romawi) menyatakan bahwa perempuan aborsi untuk menyembunyikan hasil hubungan gelapnya.

Semua perdebatan di atas menunjukkan bahwa orang-orang di dunia lama tidak mementingkan bayi yang belum lahir. Hukum ditujukan untuk mengendalikan istri-istri dan memelihara kekuasaan dalam mengambil keputusan membesarkan anak atau tidak.


Terjemahan bebas dari: 

Rabu, 13 Oktober 2010

Perkembangan Sinetron dan Pengaruhnya

Televisi dalam beberapa kasus dipersepsikan sudah mengkudeta fungsi institusi sosial tradisional seperti keluarga dan sekolah. Robert N. Bellah (1967) mengatakan, media sudah menjadi sejenis agama sipil kontemporer yang melibatkan bentuk-bentuk pemujaan baru lewat ritual-ritual menonton dan mengkonsumsi media. Televisi seolah punya mata dimana-mana untuk dapat mengamati psikologi massa, untuk kemudian mengemudikannya kepada sebuah kebutuhan dan keinginan yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. 

Televisi adalah media elektronik yang dapat menayangkan berbagai macam acara hiburan dan berita-berita secara visual, dan dapat diakses dengan mudah di berbagai tempat. Televisipun telah mengalami perkembangan seiring waktu. Jika di awal kemunculannya benda ini hanya dapat dimiliki oleh orang-orang kelas menengah atas, maka kini televisi telah menjadi benda yang dapat dimiliki hampir semua orang dari berbagai kelas sosial. 

Mengapa kehadiran televisi kian menjadi suatu kebutuhan? Barangkali karena televisi adalah sarana hiburan paling dekat dan mudah diakses. Dengan hanya bermodal sambungan listrik, sekali tekan tombol power, orang sudah bisa mendapatkan banyak hiburan, mulai dari reality show, sinetron, berita, konser, lawakan, dan lain sebagainya.

Nah, fokus ke sinetron. Ada apa dengan sinetron? Tidak ada apa-apa. Saya sendiripun tidak memungkiri telah menjadi salah seorang penikmat drama televisi seperti sinetron. Hanya menarik saja mungkin sedikit membahas perkembangan dan pengaruhnya. 

Kehadiran sinetron dimulai pada era Orde Baru sebagai proyek katalisasi terhadap buming film-film yang cenderung lebih banyak menampilkan adegan sensual. Sebut saja drama serial “Losmen” di TVRI tahun 80-an, meskipun istilahnya baru dipelorkan pada tahun 1989. Menyusul “Si Doel Anak Sekolahan” pada tahun 90-an yang sangat buming dimasanya. 

Tahun 90-an, produksi sinetron berkembang dari sinetron yang diadaptasi dari film-film 80-an seperti lupus dan catatan si boy (1995), hingga sinetron yang diadaptasi dari novel-novel laris seperti karmila (1998). Tahun 2000 merupakan puncak bagi dunia sinetron Indonesia, dimana tema sinetron menjadi lebih beragam, mulai dari horor hingga kehidupan masyarakat ibukota.

Karena merupakan generasi 90-an, tentu saja saya menjadi salah satu penonton sinetron-sinetron tahun 90-an dan awal tahun 2000-an. Sebagai penonton, dapat saya katakan sinetron-sinetron di masa itu sangat berbeda dengan sinetron-sinetron sekarang ini. Bukan hanya pemeran yang berganti, namun juga kualitas gambar dan suara. Tetapi perbedaan utama yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas cerita, isi, dan pesan-pesan moral di dalamnya. 

Pada akhirnya, saya hanya ingin menyampaikan, menonton televisi bukanlah larangan. Namun, pandai-pandailah memilih tontonan. Apalagi jika ada anak yang senang menonton televisi agar didampingi dan diawasi. Karena tidak dapat dipungkiri beberapa tayangan televisi bisa memberi pengaruh negatif. Misalnya pada adegan-adegan yang menampilkan kekerasan atau gaya hidup berlebih-lebihan. Meskipun ada juga yang memberi pengaruh positif, seperti inspirasi berwirausaha, dan lain sebagainya.

Postingan Populer